MUSI RAWAS, MSN – Ibarat jatuh tertimpa tangga, pepatah itulah yang mungkin dapat menggambarkan nasib petani di Desa P1 Mardiharjo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.
Sebab, tidak hanya terdampak wabah Corona, ratusan Hektare sawah petani kini terancam gagal panen akibat serangan hama tikus yang kembali berulah. Sehingga membuat para petani gigit jari dan mengalami kerugian hingga jutaan rupiah.
Salah seorang petani, Sukardi, mengatakan serangan hama tikus ini merupakan yang ke sekian kalinya, dan serangan kali ini termasuk yang terparah di tahun ini. Karena, walaupun pada musim panen sebelumnya ada juga hama tikus, tetapi kami masih bisa panen meskipun hasilnya kurang maksimal.
“Beginilah kondisinya mas, hampir ratusan hektare sawah warga bakal gagal panen, padahal satu bulan lagi padi-padi ini sudah bisa di panen”, ujarnya.
Diceritakan, ini merupakan panen ke dua di tahun ini, namun apa hendak dikata, kami sebagai petani pun tidak bisa berbuat apa-apa, karena hama tikus ini merupakan masalah yang memang sudah ada sejak lama.
“Kalau siang, mungkin kita bisa menjaga sawah kita dari hama tikus walaupun mungkin tidak maksimal, tetapi tikus-tikus ini keluarnya mulai sore hingga malam hari untuk menyerang sawah warga, kalau malam hari tentu kami istirahat di rumah mas”, kata pria paruh baya ini.
“Dengan sawah ukuran 1/4 hektare ini, biasanya sekali panen bisa mencapai 500 kg beras, namun sekarang kami tidak bisa memanen apapun dari ladang sawah kami akibat serangan hama ini”, sambung Sukardi.
Petani lainnya, M. Syafik, menjelaskan akibat dari serangan hama tikus ini terpaksa kami harus membabat tanaman padi kami yang sudah siap panen ini dan menanam ulang.
“Ya kalau tanam ulang pasti perlu modal lagi mas, mulai dari membajaknya, menyemai bibit padi, menanam, membeli pupuk, dan itu pakai uang semua”, ucap Syafik sembari memotong padi yang gagal panen tersebut.
Dikatakan, kalau usaha yang kami lakukan hanya bisa sebatas memberi racun tikus, tapi hal itu tampaknya tidak berhasil, karena hama tikus ini memang susah untuk dibasmi.
Belum lagi, lanjut M. Syafik, ekosistem alam yang sudah tidak stabil, dimana banyaknya manusia yang memburu ular di sawah, sehingga rantai makanan mereka terganggu dan pemangsa tikus pun sudah tidak ada lagi.
“Kami berharap, semoga hal seperti ini dan hama tikus ini dapat berkurang, dan ekosistem alam dapat kembali lagi sebagaimana mestinya, agar kami para petani tidak merugi terus menerus”, harapnya.
Pantauan, Rabu (22/7/2020), tampak sejauh mata memandang hamparan ladang sawah yang hijau kini sudah menguning dan dedaunan padi pun layu, dan terlihat pula beberapa warga yang sedang memotong tanaman padi mereka meskipun belum panen, akibat serangan hama tikus tersebut. (Meychel)